BERPIKIR KREATIF

Kelebihan manusia dibanding dengan mahluk
ciptaan Tuhan lainnya terletak pada kemampuan otaknya untuk berpikir. Otak diyakini
sebagai alat bagi manusia untuk menjalani kehidupan lebih baik. Namun demikian
belum banyak orang yang mengetahui tentang otak dan memanfaatkan potensi otak.
Potensi otak seringkali diibaratkan para ahli sebagai raksasa yang tertidur.
Sangat besar sangat kuat tetapi tidak berdaya atau tidak mengahsilkan sesuatu
yang luar biasa karena dibiarkan terus tidur.
Otak merupakan tempat berpikir, belajar,
memecahkan masalah, mengingat, merasakan berbagai perasaan, munculnya gagasan,
tidur dan bermimpi. Berat otak rata-rata 1.4 kg. Otak tidak bergerak tetapi
aktivitas sarafnya menakjubkan, menghabiskan seperlima dari semua energi yang
dibutuhkan tubuh. Setiap pikiran dan gerakan manusia dikendalikan oleh otak.
Otak jauh lebih rumit dan canggih dari komputer manapun. Otak memungkinkan kita
berpikir, beribicara, mendengar, melihat, merasa dan bergerak. Otak tidak
pernah berhenti bekerja karena didalam otak
terdapat miliaran neuron (saraf) . Neouron membawa jutaan pesan ke otak
dan berfungsi sebagai penghubungan antara tubuh dan otak. Ketika pesan mencapai
saraf, otak menyeleksi dan mengirim perintah pada tubuh.

Otak manusia adalah three in one, terdiri
dari 3 bagian dalam 1 otak yaitu: batang otak, otak kecil dan otak besar.
Batang otak merupakan bagian otak sebelah ka- nan bawah tempat bertemu dengan
saraf utama tubuh yaitu sumsum tulang belakang. Batang otak mengontrol
proses-proses dasar yang penting bagi kehidupan seperti bernafas, denyut
jantung, mencerna makanan dan sistem tubuh lain yang mendukung agar manusia
hidup.


Otak kecil (serebelum) adalah bagian yang
berkerut dan bundar di bagian belakang otak. Bagian ini mengolah pesan-pesan
dari pusat motor (saraf), memisah-misahkan dan mengaturnya dengan sangat rinci
untuk dikirim keratusan otot tubuh. Dengan kapasitas otak ini kita belajar
gerakan yang terlatih dan seksama sperti menulis, naik sepeda, mengetik atau
bermain musik atau ketiganya sekaligus hampir tanpa berpikir. Otak besar adalah
bagian utama, merupakan bagian atas otak. Berbagai daerah pada permukaan
(korteks) berkaitan dengan sinyal syaraf ke dan dari bagian tubuh. Misalnya
pesan-pesan dari mata diteruskan pada pusat visual sehingga ditentukan informasi apa yang sedang
dilihat oleh mata.


Manusia dianugrahi kemampuan dan kekuatan
berpikir dengan sumber data ingatan pada setiap sel neuron yang berfungsi
sebagai sistem yang memproses informasi. Manusia memiliki kurang lebih 180
bilion neurons dan setiap neurons dapat berkoneksi dengan 1.000 sampai 15.000
neurons yang lain untuk membuat berbagai keputusan sebagai hasil berpikir.
Artinya pada dasarnya ada lebih 1.000 hingga 15.000 kemungkinan atau alternatif
keputusan atau solusi yang dapat dibuat dengan kapasitas berpikir yang kita
miliki.


Potensi otak manusia pada koridor 3 in 1, 2 belahan
kiri dan kanan, memiliki kapasitas mental serta gelombang elektromagnetis. Otak
3 in 1 karena manusia mememiliki tiga otak dalam 1 otak yangberfungsi secara
terintegrasi. Otak yang pertama adalah otak yang mengatur sistem–sistem
organ-organ tubuh yang menopang manusia hidup, dari mulai sistem pernafasan,
aliran darah hingga sistem pencernaan. Otak kedua mengatur tentang seks,
kesehatan, emosi dan memori jangka pendek. Otak ketiga mengatur bagaimana
berpikir dan memori jangka panjang.


Otak manusia terdiri dari dua belahan otak,
yaitu belahan otak kiri yang mengatur logika matematika dan belahan otak kanan yang mengatur seni, humaniora, dan
perasaan. Memiliki kapasitas mental intelegensi jamak dan bakat yang
mempengaruhi kecenderung berpikir, cara dan kualitas bertindak, keberminatan,
serta pola bekerja dan belajar. Otak memiliki gelombang otak yang mengatur
kewaspadaan, tidur, konsentrasi dan berpikir, dan beristrahat.


Masalahnya berdasarkan penelitian para ahli otak, manusia tidak memafaatkan
kapsitas otaknya. Manusia hanya mempergunakan 10% kemampuan berpikirnya. Salah satu
cara mengoptimalkan pemanfaatan kapasitas otak adalah mengembangkan kemam- puan
berpikir tingkat tinggi salah satunya berpikir kreatif.


Guru harus berperan menjadi individu model yang
memanfaatkan kapasitas otak secara maksimal. Artinya selalu merangsang otak
dengan berbagai stimulasi untuk bekerja. Stimulasi diperoleh dari interaki dan
keterlibatan secara penuh dalam berbagai seting lingkungan. Membaca secara
harfiah buku dan sumber bacaan lain maupun membaca pengalaman yaitu memperhatikan
berbagai fenomena yang berkembang dalam lingkungan merupakan salah satu
stimulasi pemanfaatan kapasitas otak.


A. Pengertian Berpikir

Berpikir adalah memanipulasi data, fakta dan
informasi untuk membuat keputusan berperilaku. Jangkauan pikiran dimulai dari
lamunan biasa, selanjutnya pemecahan masalah yang kreatif. Aktivitas mental
dalam perasaan dan pemahaman bergantung
pada peransangan dari luar dalam proses yang disebut sensasi dan atensi. Proses
mental yang lebih tinggi yang disebut berpikir terjadi di dalam otak. Mengingat
kembali mengundang pengalaman terdahulu ke alam pikiran dan mulai membentuk
rantai asosiasi. Rantai asosiasi tidak merujuk pada apa yang secara nyata kita
lihat tetapi sebagai khayalan-khayalan mental.


Asosiai bebas adalah melompat dari satu
pemikiran kepemikiran lainnya. Aosiasi bebas merupakan pemikiran yang tidak
terkendali tergantung daya imajinasi dan eksplorasi pikiran. Asosiasi bebas
merupakan salah satu sifat dari melamun atau mengkhayal. Kebanyakan pemikiran
manusia tidak terkendali.


Pikiran terarah atau pikiran pemecahan
masalah dianggap sebagai jenis pikiran
yang paling tinggi. Pemikiran akan terarah apabila kita merencanakan apa
tidakan yang akan dilakukan. Pemecahan masalah akan terjadi manakala secara
nyata ditemukan hal yang dirasakan mengganggu baik secara fisik maupun mental.
Bentuk pemikiran yang paling tinggi berkenaan dengan arti atau makna dan konsep
dari sesuatu, sehingga lebih bersifat abstrak dibandingkan hal-hal yang nyata.


Seseorang yang yang praktis berpikir melalui
sesuatu yang nampak dari gerakan fisik tertentu yang ditangkap alat dria.
Seorang ilmuan melihat hal yang sama akan memandang kejadian atau peristiwa
dalam kerangka teori, konsep atau hukum tertentu. Pemecahan masalah terus berkembang
dengan membayangkan hubungan baru antara abstrasi-abstraksi (bayangan/ khayalan
mental). Suatu hubungan baru ditentukan berdasarkan suatu pemahaman atau
pengertian.


Fungsi mental pemahaman, ingatan dan berpikir
saling teradin dan berhubungan karena manusia memahami, mengingat dan berpikir
dalam waktu yang bersamaan. Kegiatan mental dilakukan oleh sel-sel saraf yang
sama dalam didalam otak karena sel-sel
otak tertentu sedang bekerja dengan cara tertentu untuk menghasilkan keputusan
tertentu. Makin banyak informasi, data, fakta disampaikan sebagai pesan oleh
sel-sel saraf, merangsang banyak sel otak pada banyak bagian bekerja sehingga
dihasilkan pemikiran yang kompleks tentang sesuatu hal.


Guru hendaknya dapat berperan sebagai ilmuwan
yang praksis dan praktisi yang ilmuwan. Dalam arti peka terhadap berbagai
stimulasi nyata yang terjadi pada lingkungan, kemudian menganalisasi dan memahami menggunakan
tahapan bekerja ilmiah, sehingga berpikir,
berperasaan dan bertindak secara terkendali sesuai dengan kapasitas potensi dan
teraktulisasikan dalam perilaku yang sehat, berkualitas dan terjaga integri- tasnya.


B. Tingkat Berpikir Kreatif

Terdapat tiga tingkat berpikir kreatif.
Semiawan (1990) mengemukakan tiga tingkat
kreativitas yang
masing-masing tingkat mempunyai ciri
kognitif dan afektif. Tingkatan
kreatif meliputi: (a) fungsi divergen; (b) proses pemikiran dan perasaan
yang majemuk; dan (c) keterlibatan dalam tantangan-tantangan nyata.


1. Tingkat I: Fungsi Divergen

Tingkat ini merupakan
awal proses kreatif. Anak yang melakukan latihan pada tingkat
ini akan mengembangkan kemampuan divergen, yaitu
keterbukaan terhadap berbagai kemungkinan.
Secara kognitif anak mengembangkan fungsi-fungsi divergen meliputi
perkembangan dari kelancaran (fluency), kelenturan (flexibility), keaslian (originality),
dan keterincian (elaboration) dalam berpikir.


Selanjutnya Semiawan
menjelaskan, bahwa tingkat pertama yang
disebut tingkat kreatif meliputi
kesediaan untuk menjawab, keterbukaan terhadap pengalaman, kesediaan menerima
kesamaran atau kedwiartian (ambiguity), kepekaan terhadap masalah dan
tantangan, rasa ingin tahu, keberanian mengambil risiko, kesadaran, dan
kepercayaan kepada diri sendiri. Tingkat ini merupakan landasan atau dasar di
mana belajar kreatif berkembang. Dengan demikian, tahap ini mencakup sejumlah
metode dan teknik yang dapat dipandang sebagai dasar dari belajar kreatif.


Guru dapat mendorong
diri sendiri dan orang lain untuk terbuka terhadap hal-hal baru, mengembangkan
kepekaan terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi orang lain dalam sitasi
yang dihadapi karena latar belakang dirinya, serta keberanian untuk menanggung
resiko kemungkinan apa yang dikerjakan salah atau gagal. Menanamkan pikiran
pada diri sendiri maupun orang lain bahwa kesuksesan adalah kemauan untuk
bangkit dari kegagalan. Kesuksesan adalah 9 kali gagal dengan 10 kali bangkit .


2. Tingkat II: Proses pemikiran dan perasaan
yang majemuk

Pada tingkat ini
terjadi peningkatan kemampuan kreatif serta
ciri afektif dan kognitif anak lebih diperluas dan
diterapkan. Segi pengenalan dari tingkat II ini meliputi penerapan, analisis,
sintesis, dan penilaian (evaluasi). Di samping itu, termasuk juga transformasi
dari beraneka produk dan isi, keterampilan metodologis atau penelitian, dan
pemikiran yang melibatkan analogi dan kiasan (metaphor).


Segi afektif pada
tingkat ini mencakup keterbukaan terhadap perasaan-perasaan dan konflik yang
majemuk, mengarahkan perhatian kepada masalah, penggunaan khayalan dan tamsil,
meditasi dan kesantaian (relaxation), serta pengembangan “keselamatan”
psikologis dalam berkreasi atau mencipta. Terdapat penekanan yang nyata pada
pengembangan kesadaran yang meningkat, keterbukaan fungsi-fungsi pra-sadar, dan
kesempatan-kesempatan untuk pertumbuhan pribadi.


Guru mendorong diri
dan tenaga pendidik dan kependidikan untuk menjadi individu yang siap menerima
kritik sebagai bagian dari pandangan yang berbada atau pandangan dari sudut
pandang lain terhadap suatu objek atau permasalahan yang dihadapi. Pada suatu
kritik selalu terdapat dimensi yang luput dari perhatian awal. Kritik yang
disertai kondisi emosional sekalipun mengandung unsur yang tidak menjadi
perhatian penggagas ide karena kekurang pekaan terhadap permasalahan yang
mungkin dihadapi oleh orang lain terhadap suatu keadaan.


3. Tingkat III: Keterlibatan dalam
tantangan-tantangan yang nyata

Proses kreatif
pada tingkat pertama dan kedua merupakan dasar bagi
keterlibatan afektif dan kreatif terhadap permasalahan dan tantangan yang nyata. Anak mengalami
keterlibatan dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mandiri dan yang
diarahkannya sendiri. Siswa belajar
kreatif mengarah pada identifikasi tantangan-tantangan atau masalah-masalah
yang berarti, pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan
masalah-masalah itu, dan pengelolaan sumber-sumber yang mengarah pada
perkembangan hasil atau produk (Semiawan, 1990).


Pada tingkat III
mencakup internalisasi nilai-nilai dan
sistem nilai (Kratwohl dkk., 1964), keterikatan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang produktif, dan upaya untuk mencari pengungkapan
(aktualisasi) diri dalam hidup (Maslow, 1968).


Guru mendorong diri
dan pendidik di lingkungan binaan untuk mengajukan berbagai pertanyaan yang
berkenaan dengan objek yang mungkin secara nyata dan mungkin dalam imajinasi
dan menjadikan pertayaan-pertanyaan tersebut sebagai stimulasi tantangan untuk
menyelesaikan permasalahan. Memikirkan berbagai sumber daya dalam diri dan
lingkungan yang dapat dimanfaatkan atau terkait dengan permasalahan sehingga
berkontribusi menghasilkan solusi yang efektif. Jangan pernah takut untuk
mencoba hal baru, berpikir positif apa manfaat atau keuntungan yang dapat
diperoleh, lakukan dengan senang sebagai pengalaman pembelajaran maka kita
menemukan dunia yang terbuka lebar dengan berbagai kemungkinan.



C. Langkah-langkah Berpikir Kreatif

Langkah-langkah berpikir kreatif dapat
diidentifikasi dalam lima langkah yaitu : mempergunakan bahasa mental otak, meningkatkan
daya ingat, menguasai teknik mengingat,
membuat peta pikiran serta memahami karakteristik kuadran berpikir dan
mempergunakan untuk menyelesaikan masalah


1. Mempergunakan Bahasa Mental Otak

Berpikir kreatif dimulai dengan mempergunakan
bahasa mental otak yaitu verbal, matematik, visual dan berpikir sensory.


  1. Bahasa verbal adalah
    membayangkan skenario suatu peristiwa atau merunut hal yang terjadi dalam suatu
    peristiwa atau kejadian. Misalnya anak
    kesiangan dan takut untuk masuk kelas, bayangkan hal yang mungkin menyebabkan
    anak kesiangan, kecemasan yang ada pada pikiran anak, dan reaksi guru dan
    teman-teman pada saat anak mengetuk pintu.

  2. Bahasa matematika
    adalah perkiraan yang berhubungan dengan ukuran, antara lain : besaran, jumlah,
    bobot, isi, waktu, dan jarak. Contoh : kelas ukuran 8 x 9 m dapat terisi dengan
    berapa bangku dan kursi agar tetap ada jarak antar bangku sehingga mampu menampung
    berapa jumlah siswa agar dapat belajar dengan nyaman.

  3. Bahasa Visual
    adalah menampilkan beragam informasi
    dalam satu bagan atau gambar. Contoh foto kegiatan sekolah memberikan informasi
    kondisi sekolah berhubungan dengan tata letak, bentuk bangunan, keterkaitan
    dengan lingkungan, dan aktivitas yang terjadi di sekolah.

  4. Berpikir sensory
    adalah memberikan perhatian terhadap berbagai hal yang menstimulasi alat indra.
    Tingkat perhatian menghasilkan informasi, data dan fakta yang akan di
    manipulasi oleh otak sebagai proses berpikir. Contoh jika melewati wc sekolah
    tercium bau tidak nyaman coba recek
    kondisi bak air dan air di wc tersebut. Jika bak air kecil dan air tidak
    mengalir pada waktu keran di buka artinya bukan hanya siswa yang mungkin tidak tahu
    aturan kebersihan tapi sarana yang ada tidak mendukung.





Penggunaan bahasa mental lebih dari satu
menstimulasi kapasitas otak untuk memanipulasi berbagai informasi, data dan
fakta lama yang tersimpan dalam memori
maupun informasi, data dan fakta baru yang dihasilkan dari proses atensi dan
sensasi. Pesan yang diterima otak menjadi lengkap dan komprehensif sehingga
kemungkinan alternatif solusi menjadi
lebih banyak dan lebih mendasar. Paling tidak minimal ada 4 kemungkinan
berdasarkan analisa bahasa mental yang digunakan, ada 16 kemungkinan yang
realistik dan secara optimal ada 256 kemungkinan yang dapat dipilih untuk
diseleksi dan dianalisa ketepatan penggunaan berdasarkan kebutuhan yang
ditetapkan oleh individu.


Pada saat dihadapkan pada suatu persoalan
seorang guru paling tidak harus mencari tahu dan mempertimbangkan urutan
peristiwa dan hubungan antar peristiwa. Melengkapi informasi dengan data-data
baik secara kuantitas dan kualitas. Memberikan
perhatian terhadap berbagai hal yang secara nyata terjadi. Akhirnya semua informasi
yang diterima diformulasikan/ ditampilkan dalam suatu peta masalah atau pikiran
sehingga nampak jelas koneksitas, kebutuhan dan kemungkinan solusi.


2. Meningkatkan ingatan (daya ingat/ memori)

Langkah
kedua berpikir kreatif adalah meningkatkan ingatan dengan cara :

mempraktikkan, mempraktikkan
apa yang dipelajari

mengulang, mengulang
hal-hal yang sudah dipelajari.

memberikan perhatian,
memberikan tanda, menuliskan pada buku catatan harian apa-apa yang harus
dikerjakan.

mengobservasi,
memberikan perhatian lebih detail pada setiap aspek yang berhubungan fokus
perhatian.

sikap dan gaya hidup,
mengembangkan perhatian, peka dan empati terhadap berbagai persoalan kehidupan
disekitar.

peka terhadap
berbagai persoalan-persolan pribadi yang
mungkin dihadapi guru. Tidak dalam arti mencampuri urusan pribadi guru tetapi menjadi
catatan pembinaan sehingga guru-guru merasa memperoleh perhatian.

bantuan terhadap
ingatan, hal yang sangat spesifik yang menjadi ciri.

memvisualisasikan
tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Membuat jadwal kegiatan yang harus
dilakukan.


3. Teknik Mengingat

Langkah ketiga berpikir kreatif adalah menguasai
berbagai teknik mengingat. Teknik mengingat antara lain : asosiasi, subsitusi,
hubungan antar peristiwa, phonetik alfabet (jembatan keledai), menetapkan
ingatan (memory pegs).


Teknik asosiasi, mengasosiasi sesuatu
terhadap suatu benda atau peristiwa. Contoh
: zebra adalah kuda belang-belang, baju bermotif belang-belang, dan mobil.
Menyimpan buku yang harus dibawa ke sekolah yang di kunjungi di meja tamu pada
malam hari untuk mengingatkan keesokan harinya harus berangkat ke sekolah
binaan.

Subsitusi, mensubsitusi kata pada hal yang
ingin diingat. Contoh teknik menghafal nama :



  1. dengarkan dan pahami
    nama, jika menyulitkan mintalah untuk mengulang secara perlahan

  2. ulangi nama tersebut
    pelan-pelan dan beri penekanan khusus pada sesuatu yang menarik dari nama
    tersebut. Contoh Yusi (you see)

  3. perhatikan wajahnya hal
    apa yang menarik dan mudah diingat. Contoh berkerudung

  4. hubungkan gambaran
    hal menarik dengan subsitusi. Contoh yoo see berkerudung.

  5. Hubungan antar
    peristiwa. Contoh : Standar isi – kompetensi, Ujian Nasional - 5.0, Gerak jatuh bebas – orang terpeleset,
    SMUNLUCI – diskotik (SMUN 3 CIMAHI - disisi kota saeutik/di pinggir kota)

  6. Phonetic Alphabet
    (lebih sering disebut jembatan keledei). Contoh: spectrum warna “mejikuhibingiu” merah, jingga,
    kuning, hijau, biru, dan ungu. Atau memberi bunyi pada angka hingga mudah
    menghafalkan nomor contoh 1 = T, D, 2 = N. 3 = M, 4 = R. 5 = L, nomor 55421 l =
    LLRDTT dibaca lilarudet





Menetapkan ingatan (memory pegs). Mengingat
sesuatu yang akan dihafal pada benda-benda di sekeliling. Contoh menghafal
nama-nama siswa dengan mengingat benda di sekeliling kelas.


Guru perlu menguasai teknik-teknik mengingat karena ada banyak informasi yang
harus diingat. Penting bagi guru untuk mengingat isi pedoman-pedoman yang
terkai dengan pendidikan karena diperlukan dalam pembelajaran di kelas. Guru
harus mengingat nama siswa yang ada di kelas/sekolah, guru juga harus mengingat
berbagai materi pembelajaran.


4. Membuat Peta Pikiran

Langkah keempat berpikir kreatif adalah membuat peta berpikir. Langkah membuat peta
berpikir sebagai beikut :



  1. tetapkan topik/ tema
    utama

  2. pikirkan faktor, ide,
    konsep, komponen utama yang berhubungan langsung dengan topik atau tema. Gunakan kata-kata kunci
    untuk setiap konsep

  3. konsentrasi untuk
    mengembangkan ide dengan menghubungan setiap faktor, ide, konsep atau komponen
    dengan menggunakan pendekatan kekepan (kekuatan, kelemahan, peluang dan
    hambatan)

  4. organisasikan mana
    yang menjadi prioritas dengan memberi warna, catatan atau tanda-tanda lain yang
    dapat menarik perhatian

  5. anda siap menuliskan
    atau memaparkan pada orang lain





Peta pikiran membantu guru mempersiapkan
pembelajaran secara komprehensif kontekstual. Artinya setiap hal yang berhubungan
baik secara langsung maupun tidak langsung dengan permasalahan pembelajaran diidentifikasi,
diberi perhatian khusus pada faktor-faktor yang penting dan akan sangat
mengganggu bilamana tidak diperhatikan atau diantisipasi. Kemampuan membuat
peta pikiran menunjukkan kecerdasan dalam menyikapi persoalan dan merancang
solusi yang paling memungkinkan dilakukan.


Kuadran Berpikir dan Penyelesaian Masalah

Langkah kelima berpikir kreatif adalah memahami
karakteristik kuadran berpikir dan mempergunakan untuk menyelesaikan masalah.
Kuadran berpikir terbagi dalam empat kuadran yaitu :



  1. kuandran A berpikir
    analitik, berpikir mempergunakan data, fakta dan logika. Belajar secara
    ekternal, menjadi detektif dan melakukan eksplorasi untuk mendefinisikan permasalahan yang
    dihadapi. Contoh : mengumpulkan data, fakta dan informasi yang terkait langsung
    maupun tidak langsung dengan permasalahan proses seleksi siswa.

  2. kuadran B berpikir
    sekuensial, berpikir secara terstruktur, memperhatikan detail, disiplin dan perancanaan
    yang matang. Mengembangkan kebiasaan belajar dan bekerja secara teratur dan
    efektif sehingga mampu merancang implementasi solusi secara matang. Contoh :
    memfasilitasi penyusunan rancangan aktivitas pembelajaran selama 1 ( satu)
    tahun ajaran sesuai kalender akadmik dan tuntutan standar isi.

  3. Kuadran C berpikir
    interpersonal, berpikir dengan
    memperhatikan nilai, simbol, komunikasi dan perasaan. Belajar secara interaktif
    dari pengalaman, umpan balik, diskusi
    maupun sistem nilai sehingga dapat memberikan penilaian solusi yang paling
    mungkin dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Contoh : menginisiasi
    pengembangan program sukses ujian nasional dengan memperkuat rasa percaya diri
    siswa, guru dan pimpinan sekolah.

  4. Kuadran D berpikir
    imaginatif, berpikir internal mengembangkan pemahaman dan visualisasi dengan
    menetapkan visi, konteks, harapan masa depan dan inovasi. Memformulasikan ide
    umum dan mengevaluasi ide-ide kreatif yang diprediksi mungkin dilakukan untuk
    menyelesaikan masalah. Contoh : ketertarikan
    siswa tingkat menengah pada bahasa asing dikembangkan dalam bentuk
    memfasilitasi area berbahasa asing.





Walaupun individu akan menunjukkan kuadran
dominan dalam karakteristik berpikir tetapi kuadran lain dapat dioptimalkan
sehingga berkontribusi terhadap penyelesaian masalah secara kreatif. Individu
menjadi tidak mampu berpikir kreatif karena mengalami hambatan mental. Hambatan
mental meliputi asumsi yang salah
tentang diri, kebiasaan dan sikap. Hambatan mental tersebut dapat ditanggulangi
dengan mengimplementasikan kuadran berpikir. Secara spesifik sebagai berikut :



  • hambatan mental
    karena asumsi yang salah, yaitu menyakini ” saya tidak kreatif”. Seorang yang
    berpikir intelegen adalah seorang pemikir yang baik. Cari fakta-fakta dengan
    kuadran A kemudian dengan waktu yang ada yakinlah ” mengapa tidak untuk menjadi
    lebih kreatif”, atau ”orang lain bisa mengapa saya tidak”

  • hambatan mental
    karena kebiasaan : (a) menyakini hanya
    ada satu jawaban benar padahal ada banyak kemungkinan jawaban dari pertanyaan. (b)
    Masalah dilihat sebagai sesuatu yang rumit
    dan membebani sehingga terisiolasi dalam masalah padahal setiap masalah tidak
    lepas dari konteksnya sehingga ada banyak kemungkinan penyelesaian sesuai
    konteks. (3) Ada banyak aturan yang harus ditaati dalam menyelesaikan masalah dan
    harus diyakini ada banyak sumber daya yang dapat kita manfaatkan. Jadi gunakan
    kuandran B, buat perencaan secara kreatif.

  • Hambatan mental
    karena sikap dan emosi. (a) Berpikir negatif, berprasangka, rendah diri.
    Pandanglah masalah sebagai sesuatu yang menarik atau berbeda, jangan
    takut, memang tidak baik tetapi juga
    tidak buruk. Bersikap positif atau netral. (b) takut berbuat salah atau takut
    mengambil resiko gagal. Padahal kita tidak akan maju kalau tidak mau menghadapi
    tantangan dan belajar untuk menyelesaikan masalah bukan dari masalah, (c)
    bimbing membuat keputusan karena tidak memiliki informasi yang cukup, jadi
    manfaatkan sebagai kesempatan menjadi kreatif dengan mencari lebih banyak
    informasi. Jadi positif dan perhatian, tidak mungkin menjadi sukses tanpa
    kesalahan. Perkuat kuadran C.





Setting ulang dan dukung untuk berpikir
kreatif dengan mengembangkan secara hati-hati kuadran D. Gunakan seluruh
kapasitas otak . (1) Mulai dengan memotivasi diri dan memberi instruksi pada
diri, kita dapat melakukan apa yang kita pikirkan. (2) Bersikap positif dan
optimistik tetapi realistik. (3) Belajar bertanggung jawab terhadap perilaku
adan tindakan yang kita lakukan. (4) seting ulang lingkungan sehingga
memfasilitasi tindakan yang kreatif. Kreativitas bukan sesuatu yang terjadi
begitu saja maka rencanakan untuk menjadi kreatif.


Seorang harus mengidentifikasi diri dominan
berada pada kuadran mana, terus melakukan latihan sehingga potensi berkembang
optimal, berlatih mengembangkan keterampilan pada kuadran lain sehingga menjadi
kemampuan yang mendukung potensi utama. Guru hendaknya belajar meghilangkan
hambatan-hambatan mental yang menghalangi berkembangnya kemampuan berpikir.
Mulailah dengan meyakinkan diri bahwa saya memiliki potensi dan jangan
membiasakan diri membuang energi untuk pemikiran-pemikiran menakutkan yang
belum tentu terjadi atau sibuk beriri hati pada orang yang mampu melakukan tapi
tidak melakukan apapun.


Sugesti positif pada diri menambahkan enegri
piskologis, sebaliknya sugesti negatif menghilangkan energi psikologis. Guru
perlu belajar mengelola diri atau mengendalikan diri. Dimulai dengan kendalikan
pikiran dan perasaan pada hal yang
positif sehingga tindakan yang dilakukan positif. Kendalikan konsekwensi yang
akan diterima dengan mengendalikan tindakan yang dilakukan. Tetapkan tujuan
hidup dan aktivitas yang jelas dengan indikator keberhasilan dan kegagalan.
Buat perencanaan kehidupan secara tegas dan konsewens terhadap perencanaan yang
dibuat. Beri diri hadiah jika berhasil mencapai tahapan sesuai rancangan dan
berikan hukuman yang membangun bila tidak berhasil mencapai.


loading...







= Baca Juga =








Pilih Sistem Komentar Yang Anda Sukai