Tiga terduga teroris pada
Sabtu (10/12), ditangkap di Jalan Bintara Jaya VIII RT 04/RW 09, Bekasi Barat.
TIga terduga teroris itu terdiri dari dua laki-laki dan satu perempuan,
berinisial NS, AS, dan DYN. Seluruh terduga sudah diamankan di Markas Komando (Mako)
Densus 88 Antiteror Jakarta. Warga sekitar, khususnya yang menghuni kontrakan
dua lantai tersebut, tidak diperbolehkan masuk ke lokasi.Menurut keterangan
polisi, awalnya anggota Densus 88 Antiteror memang sudah melakukan pembuntutan
dari Solo ke Jakarta terhadap salah satu kendaraan yang dikemudikan pelaku.
Rencananya, bom akan diledakkan di Istana Negara saat serah terima jaga pasukan
pengaman presiden (paspampres) pada Ahad (11/12).
Pada Sabtu (10/12) sekitar
pukul 15.40 WIB, dilakukan penangkapan terhadap NS dan AS di bawah flyover Kalimalang.
Selang berapa lama, pukul 15.50 dilakukan penangkapan terhadap DYN di
kos-kosanan Jl. Bintara Jaya VIII dan ditemukan bom di kamar 104 yang tersimpan
di dalam tas ransel warna hitam.
Di lokasi, polisi menemukan
bom seberat tiga kilogram dengan tipe high explosive (berdaya ledak tinggi)
hingga mencapai radius 300 meter persegi. Hingga kini, polisi masih
berjaga-jaga. Olah TKP lanjutan akan diadakan pada Ahad (11/12) pukul 08.00
WIB.
Mabes Polri mengungkap para
pelaku yang ditangkap terkait penemuan bom di Bintara Jaya, Bekasi masih
berkaitan dengan jaringan Bahrun Naim, petempur ISIS asal Indonesia.
Para pelaku ini juga menurut
Kabag Mitra Ropenmas Divhumas Mabes Polri, Kombes Pol Awi Setiyono berafiliasi
dengan Jamaah Anshorut Daulah Khilafah Nusantara (JAKDN) pimpinan Bahrun Naim.
"Bahwasanya ini dari BN
ya, dari Syria (Suriah) ya. Memang berafiliasi di Indonesia dengan jamaah
Anshorut (JAKDN)," ujar Awi di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Ahad (11/12).
Awi mengatakan, Bahrun Naim
memang menginstruksikan pembentukan sel-sel baru di Indonesia, salah satunya
para pelaku yang ditangkap Sabtu (10/12) kemarin. Karenanya, saat ini tim
Densus juga terus mengantisipasi sel sel dari jaringan Bahrun Naim tersebut.
"BN berusaha merekrut
mereka dan bikin sel-sel kecil dan tidak menutup kemungkinan ada sel-sel kecil
lainnya. Tidak menutup kemungkinan di luar sana ada yang harus kita
waspadai," ujarnya.
Awi mengungkap, dalam
komunikasinya, Bahrun Naim juga diketahui berkomunikasi dengan sejumlah pelaku
melalui telegram. Komunikasi dilakukan berkaitan dengan rencana aksi dan
perakitan bom.
"Mereka pun belajarnya
melalui BN, melalui komunikasi, melalui telegram, yang bersangkutan dikasih
tahu membuat bomnya melalui telegram," ungkap Awi.
Tak hanya itu, Bahrun Naim
juga terlibat dalam pembiayaan rencana aksi peledakan bom. Khusus bom di
Bekasi, para tersangka diketahui aktif berkomunikasi dengan Bahrun terkait
pembiayaan aksi yang rencananya diledakkan di Istana Negara Ahad (11/12) hari
ini.
"Pertama MNS (Nur
Solihin) alias Abu Huroh perannya membuat sel kecil, ikut merakit bom bersama
DPO lainnya. Kemudian menerima kiriman dari BN sebanyak dua kali, lalu Dian
Yulia Novi (DYN) menerima uang dari BN sebesar Rp1 juta melalui tersangka MNS
untuk hidup sehari-hari di kontrakan," katanya.
Adapun, ada empat tersangka
yang telah ditetapkan Tim Densus 88 yakni Nur Solihin (MNS), Agus Supriyadi
(AS), Dian Yulia Novi (DYN) dan keempat S alias Abu Izzah.
Keempatnya diketahui
ditangkap di lokasi berbeda yakni MNS dan AS di Flyover Kalimalang, Bekasi lalu
DYN yang diketahui akan menjadi pengantin peledakan bom, ditangkap di kontrakan
di Bintara Jaya, Bekasi dan S ditangkap di Karanganyar Jawa Tengah.
"Sementara itu dua orang DPO masih kita buru," ungkap Awi.
loading...